Memento Mori
Bangun tidur, makan, minum, dan tidur kembali. Tapi apa kamu benar benar hidup?
Bertahan hidup adalah satu-satunya insting yang otomatis dalam hidup kita. Kita bernafas, berkedip, dan jantung kita berdetak agar kita bisa bertahan, namun apa yang harus kita lakukan agar kita bisa "Hidup"?
Hidup kita semua dibaluti oleh ekspektasi dari diri kita sendiri atau dari orang lain. Hidup juga terasa cepat, ibarat kereta yang melintasi berbagai kota. Namun, pernahkah kamu berhenti untuk mengagumi pemandangannya? Terkadang kita terlalu terpaku akan apa yang didepan sampai kita lupa untuk menengok kebelakang untuk menghargai apa yang disekitar kita.
"Memento mori, memento vivere" artinya, "Ingatlah bahwa kita harus mati, jadi kita harus hidup". Terkadang kita dijerat oleh pekerjaan, sekolah dan berbagai hal lainnya sampai kita lupa untuk menikmati momen momen kecil. Sudahkah kamu berhenti untuk menikmati kopimu pagi ini? Sudahkah kamu berhenti untuk mendengarkan burung berkicau di penghujung fajar?
Hidup bukan hanya deretan tanggung jawab yang menjeratmu, angka di kalender, atau mengejar hari esok yang tak akan berhenti. Hidup adalah belaian alam yang membekapmu tiap hari, hidup adalah sentuhan terakhir dari orang tersayangmu setelah mereka melepas pelukanmu, hidup adalah tawa kecil di sela kesibukan, dan hidup adalah melodi yang diberikan Tuhan, dan kini giliranmu untuk menentukan liriknya.
Kita berpikir bahwa kebahagiaan diujung jalan terletak di validasi, pencapaian, dan di suara sorakan audiens. Padahal, dia disini. Tepat dimana kedua kakimu terpijak. Di tawa yang menari di udara dan di detak jantung yang bersenandung tanpa henti.
Hidup adalah langkah beresiko yang kamu ambil dan keberanianmu untuk menjadi diri sendiri. Hidup adalah kemampuan untuk merangkul luka sebagai bagian dari keindahan dan kemanusiaan.
Jadi, genggamlah pena, sentuh senar, dan warnai langitmu. Larilah sejauh mungkin, arungilah lautan imajinasi. Karena hidup bukan hanya tentang bertahan, tapi juga tentang merasakan, mencipta, dan menikmati.
Jangan hanya bertahan, hiduplah dengan segenap jiwamu. Hiduplah dengan memercik keberanianmu, merangkul sengsaramu, dan menebarkan kasih sayangmu. Hiduplah seperti api yang bergejolak menolak untuk padam, hiduplah seperti sungai yang meraung menolak untuk berhenti. Hiduplah seperti puisi yang berhembus di udara yang menolak untuk dilupakan
Hidup adalah puisi yang menari diatas lembaran waktu. Maka, tulislah maknamu tanpa terburu-buru.
what is wrong with you /affectionate
ReplyDeletei have an insurmountable amount of anguish that has festered over the decades
Deleteoh...!
Delete